SIKAP TUTOR PGSD UNIVERSITAS TERBUKA
TERHADAP PROGRAM TUTORIAL
Teguh
(Universitas
Terbuka)
.
Yuliani
Narzet
(Universitas
Terbuka)
http://pk.ut.ac.id/jp/52sept04/52teguh.htm,
Sabtu, 18 Maret 2006
Universitas Terbuka (UT) sebagai
perguruan tinggi penyelenggara pendidikan jarak jauh banyak mengandalkan proses
belajar mengajar pada para mahasiswa dan dibantu oleh para tutor. Untuk
mahasiswa Program Penyetaraan D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Guru
Kelas, Penjaskes, dan S1 PGSD kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari
belajar mandiri, tutorial, praktek/praktikum, dan Pemantapan Kemampuan Mengajar
(PKM) bagi mahasiswa D2 PGSD atau Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) bagi
mahasiswa S1 PGSD.
Tutorial merupakan program bantuan
dan bimbingan belajar yang bertujuan untuk memicu dan memacu proses belajar
mandiri mahasiswa. Bentuk kegiatan tutorial tatap muka selama ini dilaksanakan
atas kerjasama UT dengan pengelola daerah.
Perbedaan jenjang dan jenis program
serta latar belakang tutor ini, menyebabkan timbulnya perbedaan sikap para
tutor terhadap program tutorial. Hal ini terlihat dari cara para tutor
memberikan tutorial di beberapa kelompok belajar.
Hasil pengamatan di lapangan di saat
tutorial, para mahasiswa tidak bersemangat dalam mengikuti tutorial. Keadaan
ini dapat dilihat dari tidak adanya mahasiswa yang bertanya tentang materi
modul. Seharusnya para tutor inilah yang diharapkan dapat memotivasi para
mahasiswa dalam mengikuti tutorial dan dalam memahami materi modul sehingga
mahasiswa termotivasi untuk belajar dan dapat menguasai materi modul dengan
lebih baik. Oleh karena itulah UT mewajibkan para mahasiswa untuk mengikuti
kegiatan tutorial (UT, 2002). Walaupun tutorial bersifat wajib, namun kegiatan
tutorial nampaknya tidak begitu aktif terutama bagi beberapa mahasiswa yang
terkadang tidak hadir dalam kegiatan tutorial. Meskipun demikian, hasil ujian
akhir semester (UAS) mahasiswa tersebut cukup baik dibandingkan dengan hasil
UAS mahasiswa yang mengikuti kegiatan tutorial.
Dalam kegiatan tutorial, sikap
mahasiswa cukup positif. Hasil penelitian Martini (1994) menunjukkan bahwa
sikap mahasiswa D2 PGSD baik Proyek dan Swadana, positif terhadap Program
Penyetaraan D2. Dalam arti para mahasiswa sangat mendukung penyelenggaraan
program termasuk di dalamnya program tutorial. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk meneliti sikap para tutor dalam program tutorial Program D2 baik
proyek, swadana, maupun penjaskes serta Program S1 PGSD. Apalagi saat ini para
tutor untuk Program D2 diberi wewenang untuk membuat atau menyusun dan
memberikan nilai tugas mandiri matakuliah yang ditutorkan dan untuk Program S1
PGSD para tutor diberi wewenang untuk memberikan nilai tugas tutorial tatap
muka rancangan khusus (TTMRK) ini dengan kontribusi 30% terhadap nilai akhir mahasiswa.
Berdasarkan situasi tersebut,
dilakukan penelitian dengan tujuan: (1) melihat sikap tutor PGSD secara
keseluruhan terhadap program tutorial Program Penyetaraan D2 dan Program S1 UT,
(2) melihat perbedaan sikap dari kelompok tutor PGSD (D2 Proyek, D2 Swadana, D2
Penjaskes, dan S1) terhadap program tutorial Program D2 dan S1.
Penelitian dilakukan di Propinsi
Sumatera Selatan. Populasi adalah seluruh tutor PGSD (S1 dan D2 Proyek,
Swadana, dan Penjaskes) yang menjadi tutor di kelompok belajar di kecamatan/kabupaten/kota
penyelenggara Program D2 dan S1 PGSD dalam wilayah Propinsi Sumatera Selatan.
Pengumpulan data melibatkan seluruh
populasi (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Kecamatan Penyelenggara
Program PGSD dalam Propinsi Sumatera Selatan yang dijadikan Sampel
No |
Kecamatan/Kabupaten/Kota |
Kelompok Mahasiswa |
Jumlah |
|||
Swadana |
Proyek |
Penjaskes |
S1 |
|||
1 |
Muara Dua/OKU |
0 |
3 |
5 |
0 |
8 |
2 |
Belitang/OKU |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
3 |
Buay Madang/OKU |
3 |
0 |
5 |
0 |
8 |
4 |
Martapura/OKU |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
5 |
|
3 |
0 |
0 |
8 |
11 |
6 |
Pagaralam |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
7 |
Pendopo Lintang/Lahat |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
8 |
Kikim/Lahat |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
9 |
Muara Beliti/Musirawas |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
10 |
|
0 |
3 |
5 |
0 |
8 |
11 |
Sungaililin/Banyuasin |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
12 |
Musibanyuasin 3/Banyuasain |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
13 |
Talangkelapa/Banyuasin |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
14 |
Betung/Banyuasin |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
15 |
Ilir Timur 1/Palembang |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
16 |
Seberang Ulu 1/Palembang |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
17 |
Sukarame/Palembang |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
18 |
Bukit Besar/UPBJJ |
0 |
0 |
0 |
3 |
3 |
19 |
Lawangkidul/Muaraenim |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
20 |
Gunungmegang/Muaraenim |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
21 |
Prabumulih/Muaraenim |
0 |
3 |
5 |
8 |
16 |
22 |
Talangubi/Muaraenim |
3 |
0 |
0 |
0 |
3 |
23 |
|
3 |
0 |
5 |
0 |
8 |
24 |
Lempuing |
3 |
0 |
0 |
8 |
11 |
25 |
|
0 |
0 |
5 |
0 |
5 |
26 |
Tanjungbatu |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
27 |
Indralaya |
0 |
3 |
0 |
0 |
3 |
Jumlah |
42 |
33 |
30 |
27 |
132 |
Data dikumpulkan melalui kuesioner
yang disampaikan ke masing-masing responden melalui Kantor Cabang Dinas Diknas
Kecamatan untuk tutor D2 proyek, swadana, dan penjaskes, sedangkan untuk tutor
S1 disampaikan kepada masing-masing tutor.
Instrumen pengumpul data meliputi
komponen sikap yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif. Komponen objek sikap
terhadap aspek tugas tutorial, aspek tugas membimbing, aspek status
profesional, aspek status ekonomi, aspek status sosial, dan kondisi kerja
(lihat pada Tabel 2).
Tabel 2. Komponen Objek Sikap
Komponen Objek Sikap |
Komponen Sikap |
Total (%) |
||
Afektif |
Kognitif |
Konatif |
||
Aspek Tugas Tutorial |
6 |
6 |
6 |
18 |
Aspek Tugas Membimbing |
6 |
6 |
6 |
18 |
Aspek Status Profesional |
10 |
6 |
- |
16 |
Aspek Status Ekonomi |
10 |
6 |
- |
16 |
Aspek Status Sosial |
10 |
6 |
- |
16 |
Aspek Kondisi Kerja |
10 |
6 |
- |
16 |
Jumlah |
52 |
36 |
12 |
100 |
Sikap tutor PGSD tercermin dalam
jawaban yang diberikan di kuesioner yang mengandung unsur kognitif, afektif dan
konatif. Skala disajikan dalam
Jawaban yang diperoleh dari
kuesioner yang memuat komponen kognitif, afektif, dan konatif dianalisis dengan
menggunakan prosentase responden, rataan item dan simpangan
Seluruh kuesioner, yaitu sebanyak
132 kuesioner ditujukan untuk tutor D2 PGSD yang terkelompok menjadi 42 tutor
Swadana, 33 tutor Proyek, 30 tutor Penjaskes dan 27 tutor S1 PGSD, ternyata
kuesioner yang kembali adalah sebanyak 25 kuesioner tutor D2 Proyek, 30
kuesioner tutor D2 Swadana, 15 kuesioner tutor Penjaskes dan 13 kuesioner tutor
S1 PGSD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sikap Tutor D2 PGSD Proyek terhadap Program
Tutorial PGSD
Pernyataan yang mendapat skor rendah
adalah pernyataan nomor 5: “saya berpendapat bahwa tutorial Program PGSD UT
sebaiknya dilakukan seperti kuliah saja”.
Adapun pernyataan-pernyataan yang
mendapat skor tinggi adalah pernyataan nomor 1: “jika saya diminta untuk
menjadi tutor Program PGSD saya bersedia karena menambah wawasan saya dalam
mengajar”. Pada pernyataan ini semua responden menyatakan setuju untuk menjadi
tutor bila mereka diminta.
Dari pembahasan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa para tutor Program D2 proyek mempunyai sikap setuju dengan
diadakannya program tutorial.
Sikap Tutor D2 PGSD Swadana terhadap
Program Tutorial PGSD
Sikap tutor D2 swadana cenderung
setuju dengan program tutorial PGSD dengan skor rata-rata adalah 3.90.
Kecenderungan setuju tersebut didukung oleh
rendahnya pernyataan nomor 5, 19, 21, 22, dan 24 dan tingginya skor
pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 27, 28,
30, 31, 32, 34, 35 dan 36.
Pernyataan yang mendapatkan skor
rendah adalah pernyataan nomor 5: “saya berpendapat bahwa tutorial Program PGSD
UT sebaiknya dilakukan seperti kuliah saja”.
Adapun pernyataan-pernyataan yang
mendapat skor tinggi yaitu pernyataan nomor 1: “jika saya diminta untuk menjadi
tutor Program PGSD saya bersedia karena menambah wawasan saya dalam mengajar”.
Pada pernyataan ini semua responden menyatakan setuju untuk menjadi tutor bila
mereka diminta. Pernyataan nomor 2: “jika saya diminta untuk memberikan
tutorial pada Program PGSD saya tidak mau karena tutorial merupakan pekerjaan
yang membosankan”. Sesuai dengan pernyataan nomor 1, pada pernyataan nomor 2 ini,
mereka memberikan skor tinggi karena mereka beranggapan tutorial itu bukan
merupakan pekerjaan yang membosankan. Pernyataan nomor 3: “saya suka memberikan
tutorial pada Program PGSD karena yang dihadapi adalah orang dewasa”.
Pernyataan nomor 4: “saya tidak suka memberikan tutorial pada Program PGSD UT
karena mahasiswanya sudah tua dan sulit mengerti”. Pernyataan nomor 6: “saya
berpendapat bahwa tutorial Program PGSD perlu ditingkatkan kualitasnya”.
Pernyataan nomor 7: “bagi saya, membimbing mahasiswa PGSD cukup menyenangkan
karena mereka sudah dewasa dan cepat mengerti”. Pernyataan nomor 9: “saya
senang membimbing mahasiswa PGSD karena saya banyak belajar dari mereka”.
Pernyataan nomor 10: “saya tidak senang membimbing mahasiswa PGSD karena banyak
menyita waktu saya”. Pernyataan nomor 11: “jika saya diminta untuk
membimbing mahasiswa PGSD saya bersedia
karena dapat meningkatkan keterampilan saya”. Pernyataan nomor 12: “saya tidak
mau menjadi pembimbing mahasiswa PGSD walaupun diminta”. Pernyataan nomor 13:
“menjadi tutor Program PGSD merupakan suatu profesi membanggakan”. Pernyataan
nomor 14: “menjadi tutor Program PGSD merupakan profesi yang tidak dapat
diandalkan”. Pernyataan nomor 15: “saya suka menjadi tutor Program PGSD karena
sesuai dengan profesi saya sebagai dosen/guru/tenaga pendidik”. Pernyataan
nomor 16: “saya kurang suka memberikan tutorial Program PGSD karena menjadi
tutor hanya sewaktu dibutuhkan saja”. Pernyataan nomor 17: “saya suka
memberikan tutorial pada Program PGSD karena itulah memang profesi saya”.
Pernyataan nomor 27: “menjadi tutor Program PGSD UT cukup terpandang dalam
masyarakat sekitar”. Pernyataan nomor 28: “menjadi tutor Program PGSD kurang
dihargai masyarakat”. Pernyataan nomor 30: “tutor Program PGSD sangat dihormati
oleh pengelola dan mahasiswa”. Pernyataan nomor 31: “tempat penyelenggaraan
tutorial Program PGSD tidak menyenangkan karena di lokal SD setempat”.
Pernyataan nomor 32: “saya senang memberikan tutorial Program PGSD karena
hubungan antar tutor, pengelola dan UPBJJ sangat baik”. Pernyataan nomor 34:
“tempat tutorial Program PGSD sebaiknya di ibukota propinsi/kabupaten sehingga
kurang memotivasi”. Pernyataan nomor 35: “tempat tutorial Program PGSD cukup
layak bagi mahasiswa untuk belajar”. Pernyataan nomor 36: “tempat tutorial
Program PGSD masih dapat dijangkau oleh tranportasi/kendaraan umum”.
Dari pernyataan-pernyataan yang
mendapat skor tinggi dapat dikatakan bahwa para tutor bersikap setuju dengan
pernyataan yang diberikan.
Sikap Tutor D2 PGSD Penjaskes terhadap Program
Tutorial PGSD
Sikap tutor D2 penjaskes cenderung
setuju dengan program tutorial dengan skor rata-rata adalah 3.81. kecenderungan
ini didukung oleh rendahnya skor pernyataan nomor 9, 19, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 31, 33, dan 34
dan tingginya skor pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 18, 25, 26, 29, 30, 32, 35, 36.
Pernyataan-pernyataan yang mendapat
skor rendah adalah pernyataan nomor 9: “saya senang membimbing mahasiswa PGSD
karena saya banyak belajar dari mereka”. Pernyataan nomor 19: “menurut saya
dari segi ekonomi, honorarium tutor Program PGSD kurang memadai”. Pernyataan
nomor 21: “honorarium tutorial Program PGSD cepat dan lancar sehingga membuat
saya senang menjadi tutor PGSD”. Pernyataan nomor 22: “honorarium tutorial
Program PGSD kecil dan lambat keluarnya membuat saya tidak senang”. Pernyataan
nomor 24: “honorarium tutorial Program PGSD tidak sesuai dengan jerih payah
saya”. Pernyataan nomor 27: “ menjadi tutor Program PGSD UT cukup terpandang
dalam masyarakat sekitar”. Pernyataan nomor 28: “menjadi tutor Program PGSD
kurang dihargai masyarakat”. Pernyataan nomor 31: “tempat penyelenggaraan
tutorial Program PGSD tidak menyenangkan karena di lokal SD setempat. Pernyataan nomor 33: “tempat tutorial Program
PGSD sebaiknya di ibukota propinsi/kabupaten atau kecamatan yang mudah
dijangkau oleh alat transportasi umum”. Dan pernyataan nomor 34: “tempat
tutorial Program PGSD jauh dari ibukota propinsi/kabupaten sehingga kurang
memotivasi”. Dari pernyataan-pernyataan yang mendapat skor rendah tersebut
dapat dikatakan bahwa para tutor cenderung memiliki sikap tidak dapat
memutuskan terhadap pernyataan yang diberikan.
Adapun pernyataan-pernyataan yang
mendapat skor tinggi adalah pernyataan nomor 1: “jika saya diminta untuk menjadi
tutor Program PGSD saya bersedia karena menambah wawasan saya dalam mengajar”.
Pada pernyataan ini semua responden menyatakan setuju untuk menjadi tutor bila
mereka diminta. Pernyataan nomor 2: “jika saya diminta untuk memberikan
tutorial pada Program PGSD saya tidak mau karena tutorial merupakan pekerjaan
yang membosankan”. Sesuai dengan pernyataan nomor 1, pada pernyataan nomor 2
ini, mereka memberikan skor tinggi karena mereka beranggapan tutorial itu bukan
merupakan pekerjaan yang membosankan. Pernyataan nomor 3: “saya suka memberikan
tutorial pada Program PGSD karena yang dihadapi adalah orang dewasa”. Memang
kenyataan para mahasiswa adalah orang dewasa semua. Pernyataan nomor 4: saya
tidak suka memberikan tutorial pada Program PGSD UT karena mahasiswa sudah tua
dan sulit mengerti”. Pernyataan nomor 5: “saya berpendapat bahwa tutorial
Program PGSD sebaiknya dilakukan seperti kuliah saja”. Pernyataan nomor 6:
“saya berpendapat bahwa tutorial Program PGSD perlu ditingkatkan kualitasnya”.
Pernyataan nomor 7: “bagi saya, membimbing mahasiswa PGSD cukup menyenangkan
karena mereka sudah dewasa dan cepat mengerti”. Pernyataan nomor 8: “bagi saya
membimbing mahasiswa PGSD sangat membosankan karena mereka sulit mengerti”.
Pernyataan nomor 10: “saya tidak senang membimbing mahasiswa PGSD karena banyak
menyita waktu saya”. Pada pernyataan ini, semua tutor senang memberikan
bimbingan kepada para mahasiswa. Pernyataan nomor 11: “jika saya diminta untuk
membimbing mahasiswa PGSD saya bersedia karena dapat meningkatkan keterampilan
saya”. Pernyataan nomor 12: “saya tidak mau menjadi pembimbing mahasiswa PGSD
walaupun diminta”. Pernyataan nomor 13: “menjadi tutor Program PGSD merupakan
suatu profesi yang membanggakan”. Pernyataan nomor 14: “menjadi tutor Program
PGSD merupakan profesi yang tidak dapat diandalkan”. Pernyataan nomor 15: “saya
suka menjadi tutor Program PGSD karena sesuai dengan profesi saya sebagai
dosen/guru/tenaga pendidik”. Jadi dapat dikatakan bahwa para tutor Program D2
Proyek setuju untuk menjadi tutor karena sesuai dengan profesi mereka.
Pernyataan nomor 16: “saya kurang suka menjadi tutor Program PGSD karena
menjadi tutor hanya sewaktu dibutuhkan saja”. Pernyataan nomor 18: “saya tidak
bisa mengatasi masalah yang muncul dalam tutorial”. Pernyataan nomor 25: “saya
tidak suka menjadi tutor Program PGSD karena sudah capak tidak mendapatkan
angka kredit kenaikan pangkat”. Pernyataan nomor 26: “saya senang memberikan
tutorial pada Program PGSD karena angka kreditnya cukup lumayan”. Pernyataan
nomor 29: “kalau menjadi tutor Program PGSD, saya lebih senang disebut dosen
daripada tutor”. Pernyataan nomor 30: “tutor Program PGSD sangat dihormati
pengelola dan mahasiswa”. Pernyataan nomor 32: “saya senang memberikan tutorial
Program PGSD karena hubungan antar tutor, pengelola dan UPBJJ sangat baik”.
Pernyataan nomor 35: “tempat tutorial Program PGSD cukup layak bagi mahasiswa
untuk belajar”. Dan pernyataan nomor 36: “tempat tutorial Program PGSD masih
dapat dijangkau oleh transportasi/kendaraan umum”.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa para tutor Program D2 Penjaskes mendukung pernyataan
tersebut.
Sikap Tutor S1 PGSD terhadap Program
Tutorial PGSD
Sikap tutor S1 PGSD cenderung setuju
dengan pelaksanaan program tutorial dengan skor rata-rata sikap adalah 4.13.
Kecendrungan ini ditunjukkan oleh rendahnya skor penyataan nomor 29, 30, 31, 33
dan 34 dan tingginya skor pernyataan lainnya.
Pernyataan-pernyataan yang mendapat
skor rendah adalah perrnyataan nomor 29: “kalau menjadi tutor PGSD saya lebih
senang disebut dosen daripada tutor”. Pernyataan nomor 30: “tutor Program PGSD
sangat dihormati oleh pengelola dan mahasiswa”. Pernyataan nomor 31: “tempat
penyelenggaraan tutorial Program PGSD tidak menyenangkan karena di lokal SD
setempat”. Pernyataan nomor 33: “tempat tutorial Program PGSD sebaiknya di
ibukota propinsi/kabupaten atau kecamatan yang mudah dijangkau oleh alat
transportasi umum”. Dan pernyataan nomor
34: “tempat tutorial Program PGSD jauh dari ibukota propinsi/kabupaten sehingga
kurang memotivasi”.
Adapun pernyataan-pernyataan yang
mendapat skor tinggi adalah 31 pernyataan lainnya. Jadi dari 31 pernyataan yang
diberikan sikap para tutor Program S1 PGSD cenderung mendukung pernyataan yang
diberikan dalam kuesioner.
Perbedaan Sikap Tutor Program D2
Proyek, Swadana, Penjaskes dan S1 PGSD
Untuk melihat perbedaan sikap tutor
D2 proyek, swadana, penjaskes, dan S1 PGSD telah dilakukan pengujian statistik
dengan menggunakan ANOVA pembanding ganda Scheffe (Soejoeti, 1985: 122-123).
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0.05) dan hasil
pengujian menunjukkan bahwa sikap tutor D2 PGSD proyek berbeda secara
signifikan dengan sikap tutor D2 swadana. Tetapi di luar dugaan bahwa sikap
tutor D2 tidak berbeda dengan dua kelompok lainnya, yaitu tutor D2 penjaskes
dan S1 PGSD. Rata-rata skor sikap tutor D2 proyek 4.04, tutor D2 swadana 3.90,
tutor D2 penjaskes 3.81, dan tutor S1 PGSD 4.13. Skor sikap tutor D2 proyek dan
S1 PGSD lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor sikap tutor lainnya,
atau dapat dinyatakan bahwa sikap tutor D2 proyek dan S1 PGSD lebih tegas
dibandingkan dua kelompok lainnya, yaitu setuju dengan program tutorial PGSD.
Perbedaan sikap tutor D2 proyek dan
tutor S1 PGSD, disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, para tutor D2 proyek
hampir selalu mendapat penataran dari pengelola tingkat propinsi sehingga
informasi yang diperlukan tutor cepat dapat diterima. Pelaksanaan tutorial
sangat diperhatikan sekali oleh para pengelola daerah kecamatan/kota/kabupaten,
mengingat para pengelola propinsi adalah atasan para pengelola
kecamatan/kota/kabupaten. Kedua, pengelolaan keuangan lebih jelas. Dana atau
honorarium yang diterima oleh para tutor biasanya sudah ada blanko tempat tanda
tangan. Ketiga, proses tutorial mendapat pemantauan dari proyek PGSD di tingkat
propinsi. Keempat, untuk honorarium tutor S1 PGSD dikelola oleh UPBJJ dan
mereka adalah para dosen universitas pembina dan dosen UT di UPBJJ. Pengelolaan
keuangan cepat dan sesuai dengan jerih payah yang mereka keluarkan. Empat
kemungkinan itulah yang menyebabkan sikap tutor D2 proyek dan S1 PGSD menjadi
lebih tegas dibanding dua kelompok tutor lainnya.
Kalau kita perhatikan pernyataan
nomor 20: “menurut saya honorarium Program PGSD merupakan tambahan yang cukup
lumayan”. Di sini sikap tutor D2 proyek adalah 3.84 dan S1 PGSD 4.08, sedangkan
sikap tutor D2 swadana adalah 2.53 dan D2 penjaskes 3.30. Jelas di sini
honorarium tutor D2 proyek dan S1 PGSD merupakan tambahan yang lumayan
dibandingkan dengan tutor D2 swadana dan D2 penjaskes.
Demikianlah gambaran tentang
perbedaan sikap antara tutor D2 proyek, swadana, penjaskes dan S1 PGSD terhadap
program tutorial.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Semua tutor Program D2 PGSD setuju
dengan adanya program tutorial.
2. Sikap tutor D2 proyek dan S1 PGSD
lebih tegas dibandingkan dengan tutor D2 swadana dan D2 penjaskes. Hal ini
terlihat dari rata-rata skor sikap untuk masing-masing kelompok.
Saran
1.
2. Honorarium tutorial Program PGSD
perlu peningkatan dalam jumlah terutama untuk Program D2 swadana dan penjaskes.
3. Kualitas tutorial perlu mendapatkan
peningkatan dengan pengelolaan yang lebih baik, tutorial yang lebih intensif.
4. Sudah saatnya pengelolaan D2 proyek,
swadana, dan penjaskes hendaknya sejalan dengan pengelolaan S1 PGSD.
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, S.
(1998). Sikap manusia: Teori dan
pengukurannya. Edisi ke-2.
Dryden, G
& Vos, J. (1999). Revolusi cara
belajar: Belajar akan efektif kalau Anda dalam keadaan fun. Terjemahan oleh
Penerbit Kaifa. Cetakan 1. 2000.
Hajaroh,
M. (1998). Sikap dan perilaku keagamaan mahasiswa Islam di Daerah Istimewa
Yokyakarta. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi. 1 (1): 19-32.
Mardianto.
(2000). Sikap dosen Sumatera Utara terhadap Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Skolar Jurnal Pascasarjana UNDP: Filsafat,
Teori, Analisis dan Inovasi Pendidikan. 1 (1):14-29.
Martini,
E.S. (1994). Sikap mahasiswa PGSD terhadap Program Setara
Mueller,
D.J. (1992). Mengukur sikap sosial:
Pegangan untuk peneliti dan praktisi. Terjemahan oleh Eddy Soewardi
Kartawidjaja. Cetakan pertama.
Soejoeti,
Z. (1985). Buku materi pokok Metode
Statistika II.
Universitas
Terbuka. (2001). Bahan ajar Program
Akreditasi Tutor Universitas Terbuka.
Universitas Terbuka, (2002). Panduan pengelolaan Program PGSD.
Wardani,
IGAK. (1992/1993). Buku materi pokok
pendukung penataran tutor PGSD: Peningkatan peranan tutor dalam pelaksanaan
tutorial.